Senin, 19 Juli 2010

Joni seorang guru sekolah dasar negeri Yang patut Mendapat Penghargaan

Joni seorang guru sekolah dasar negeri Yang patut Mendapat Penghargaan

Joni seorang guru sekolah dasar negeri di wilayah pedalaman Dusun Gun Jemak di daerah tapal batas Kalimantan Barat - Sarawak (Malaysia) sempat 3,5 tahun mengajar murid dari kelas satu sampai enam sendirian saja, tanpa ada guru lain yang membantunya.



"Saya, sempat kurang lebih 3,5 tahun mengajar sendirian di enam kelas sekaligus. Pada awalnya memang kesulitan, tetapi lama-kelamaan menjadi biasa," kata Joni (38), guru SD 16 Gun Jemak, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, menceritakan pengalamannya menjadi guru di desa terpencil.
"Saya, sempat kurang lebih 3,5 tahun mengajar sendirian di enam kelas sekaligus. Pada awalnya memang kesulitan, tetapi lama-kelamaan menjadi biasa,"
Joni (38), guru SD 16 Gun Jemak
Ia mengungkapkan mulai mengajar sendiri tidak lama setelah ia diterima sebagai guru berstatus pegawai negeri sipil pada tahun 2005. Sebelumnya selama dua tahun ia adalah guru honorer.

Kurang lebih 3,5 tahun lamanya ia mengajar anak murid dari kelas satu sampai kelas enam denga cara menggabungkan enam kelas ke dalam tiga ruang kelas.

Untuk kelas satu digabung dengan kelas dua, kelas tiga digabung dengan kelas empat, dan kelas lima dengan kelas enam. "Penggabungan itu untuk mempermudah proses belajar dan mengajar," kata lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Sanggau tahun 1986 itu.

Dengan niat tulus dan kegigihannya, proses pembelajaran bisa tetap berlangsung, bahkan kini anak didiknya ada yang sampai menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di bangku kuliah, jelasnya.

Gun Jemak adalah sebuah dusun yang terletak di hulu Sungai Sekayam dan hanya bisa ditempuh menggunakan jalur transportasi sungai, misalnya "speed boat" atau sampan, yang waktu tempuhnya mencapai delapan jam dari ibu kota kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau.

Joni mengatakan, pada awalnya SD yang ada di Gun Jemak memiliki lima guru, termasuk Joni. Namun, empat guru tidak betah dengan kondisi di daerah yang terpencil, sehingga meminta pindah dan meninggalkan Joni sendiri.

Keadaan seorang diri sempat membuat dirinya menjadi pusing, harus bagaimana menjalankan sebuah sekolah dan proses belajar mengajarnya.

"Jika saya berdiam diri, maka bagaimana dengan pendidikan anak-anak di daerah terpencil ini, dan saya sebagai guru harus bertanggungjawab secara moral dan berkewajiban untuk menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Maka saya terus mengajar walaupun hanya sendiri," kata Joni mengisahkan.

Ia pun memboyong keluarganya termasuk tiga anaknya ke dusun pedalaman itu agar dirinya betah di tempat mengajar. Ia mengatakan, istrinya sangat mendukung dan memotivasi dirinya untuk terus memberikan yang terbaik bagi anak-anak bangsa di Gun Jemak.

Namun tahun ini Joni tidak lagi mengajar sendiri, karena pada tahun 2009 datang guru bantu lainnya yang ditugaskan di daerah tersebut. Selain itu ada tambahan guru honorer dari warga setempat untuk membantu menjalankan tugas mengajar sehari-hari.

Akhir tahun 2009, Joni mendapatkan tugas baru sebagai guru di SD mini yang hanya memiliki kelas satu sampai klas tiga di Dusun Gun Tembawang. Lokasinya lebih dalam ke pehuluan lagi, kurang lebih dua jam jalan kaki dari Gun Jemak. Sebenarnya dusun Gun Tembawang adalah dusun lama sebelum adanya kampung baru Gun Jemak.

Menurut dia, di daerah Gun Tembawang jumlah muridnya kurang lebih 43 siswa dari kelas satu sampai tiga.

Sebelum adanya SD mini, katanya, kebanyakan anak-anak usia sekolah enggan menuntut ilmu, karena jarak tempuh cukup jauh dan menembus hutan lebat untuk bersekolah di SD Gun Jemak. "Mereka harus berangkat subuh jika tidak ingin terlambat bersekolah. Sangat memprihatinkan sekali," katanya.

Adanya SD mini itu, yang dibangun secara swadaya masyarakat bersama komite sekolah setempat, merupakan solusi agar anak-anak pedalaman bisa bersekolah.

Demikian pula baru-baru ini dibangun rumah dinas guru yang dibangun secara swadaya. Joni mengakui bahwa dirinya tidak ada niat untuk pindah dari daerah tersebut, karena sudah merasa dekat dengan masyarakat setempat.

Harapan dirinya saat ini hanyalah ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, karena dirinya hanya tamatan SPG. "Kalau ada peluang, ingin kuliah lagi untuk menambah disiplin ilmu, itu pun jika pemerintah mengizinkan," katanya sambil tersenyum.

Sekarang Joni tengah mempersiapkan segala kebutuhan untuk tahun ajaran baru di sekolah dasar mini yang ada di Gun Tembawang, mulai dari kapur tulis, buku-buku pelajaran hingga pengadaan peta. Semuanya dibeli di kota kecamatan dengan waktu tempuh lebih dari delapan jam. (*)
Editor : Tjatur
Source : tribunmanado.co.id

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops