Minggu, 18 Juli 2010

Jejaring Sosial Munculkan Lahan Bisnis Baru

Jejaring Sosial Munculkan Lahan Bisnis Baru

Perusahaan yang mengandalkan keuntungan dari jumlah pelanggan dan loyalitas merek kini melirik jejaring sosial. Lahan pekerjaan baru di bidang media sosial pun kini jadi sangat dibutuhkan.

Beberapa bulan terakhir seperti dikutip dari Bloomberg Businessweek, perusahaan Sears Holding, Panasonic, Citigroup, Electronic Arts, AT&T, Fiji Water dan masih banyak lagi mulai mempekerjakan ahli media sosial.

Sebagai pemimpin perusahaan yang begitu mengejar perkembangan dunia digital mereka memanfaatkan kepercayaan dan emosi yang hadir di jejaring sosial. Proses perekrutan ini berazaskan kepada kepercayaan bahwa seseorang mampu memahami perilaku konsumen di internet.

Pete Cashmore yang menjalankan blog Mashable menilai saat ini menjadi peluang bagi industri ini yang benar-benar meledak. “Ada lebih banyak masyarakat yang berpartisipasi saat ini. Ada banyak perusahaan menyadari ini dan menganggap bahwa mereka harus memiliki strategi media sosial,” papar Cashmore.

Hougland Curtis, pendiri Attention, spesialis pemasaran dan Humas berbasis di New York mengatakan pasokan calon berpengalaman tidak mampu memenuhi jumlah permintaan direktur media sosial.

“Mereka mungkin memiliki akun Twitter yang aktif dan blog yang hebat, namun ini bukan berarti mereka mengerti bagaimana memanfaatkan ini (dunia sosial online) dalam konten bisnis.”

Manager sosial media telah membentuk pedoman bagi perusahaan. Beberapa pekerja mungkin tampak curiga atas ide penggunaan Twitter karena hal ini terdengar ‘janggal’. Namun, seringkali terjadi kekhawatiran berlebihan dapat timbulkan masalah.

Begitu pula jika seseorang terlalu banyak ‘menulis’ produk baru di media sosial sehingga dengan cepat kehilangan kontrol pesan. Tahun lalu, Honda memunculkan halaman fans di Facebook. Namun bukannya menarik perhatian, forum ini penuh dengan komentar kritis soal desain mobil baru atau apapun produk Honda. Pada dasarnya, media sosial memang menarik perhatian, tapi termasuk pula komentar negatif.

Jim Durbin, kreator dari media sosial aheadhunter.com, mengatakan berdasarkan pengalaman sebagai direktur media sosial, strategi bisnis ini mampu mengidentifikasi kebutuhan perusahaan.

Mereka akan membantu perusahaan menggunakan alat jejaring sosial dengan baik. Cara bisnis ini bagi aheadhunter.com bisa meraup keuntungan US$120 ribu (Rp1,1 miliar). Jumlah ini akan terus meningkat.

Nilai tinggi ini disebabkan perangkat profesi mereka gratis, sebuah keuntungan bagi para manager media sosial baru di mana seringkali terbentur oleh dana operasional. Salah satu cara adalah bekerja sama dengan departemen marketing lain untuk menciptakan kampanye lewat media sosial. Salah satunya pemanfaatan ‘brand ambassador’ dari perusahaan tersebut sebagai cara marketing strategis.

“Masyarakat sering kali tidak lagi mempercayai perusahaan,” ujar Scott Monty, kepala media sosial di Ford. “Mereka mempercayai ahli pihak ketiga. Kami percaya bahwa strategi media sosial Ford akan lebih ‘manusia’ jika menggunakan platform seperti Twitter. Pada dasarnya ini merupakan jejaring sosial paling pribadi,” tambah Monty.

Twitter merupakan bentuk komunikasi antar pribadi dalam lingkup publik sehingga interaksi seseorang dengan perusahaan besar seperti Ford misalnya, dapat menumbuhkan persepsi bahwa Ford mendengarkan mereka, tandas Monty. [inilah]

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops