Tren pemakaian herbal untuk kesehatan kian marak digunakan. Tak hanya dalam bentuk suplemen obat, herbal juga diproduksi dalam bentuk pembalut. Pemakaian pembalut herbal kian tren di kalangan perempuan Indonesia.
Salah satu pembalut herbal yang gencar dipasarkan melalui pola MLM bermerek Hibis. Para pemasarnya pun membidik pasar khusus ibu-ibu lewat arisan atau acara di sekolah anak-anak.
Sebut saja Nyonya Uti yang mengaku tertarik memakai pembalut herbal setelah ditawari saat arisan RT. "Harganya terjangkau dan katanya efeknya cukup bagus buat kesehatan, tidak ada salahnya saya mencoba dulu," kata Nyonya Uti dalam perbincangannya dengan detikHealth, Senin (11/1/2010).
Seperti dilansir dari situs Hibis, disebutkan pembalut herbal ini diproduksi oleh perusahaan China bernama Han Tide Biomedical Corp. Sejak awal perusahaan ini didirikan tahun 1979, pengembangan obat-obatan tradisional China menjadi fokusnya.
Meski sejak tahun 2003 sudah mulai membuat pembalut herbal, baru pada tahun 2007 perusahaan ekspansif menjual pembalut herbal dengan nama 'Hibis'. Hingga saat ini sudah ada 14 negara yang memasarkan Hibis termasuk Indonesia.
Kandungan herbal dengan pengolahan secara bio energi diklaim mampu membuat peredaran darah ketika haid semakin lancar. Masalah nyeri haid juga bisa berkurang dengan pembalut ini.
Hibis (singkatan dari Herb in Beauty is Sparkle) mengandung bahan aloevera (lidah buaya), herba menthae, houttuynia cordata, lavender, yi mu cau, borneo champor.
Dengan bahan alami tersebut, pembalut herbal ini diklaim berkhasiat mengurangi nyeri haid, membersihkan gumpalan darah dan memperlancar peredaran darah saat haid, menghilangkan bau amis saat haid, mencegah kista, mengurangi kuman dan bakteri keputihan, mempercepat pengeluaran darah saat nifas hingga mencegah kanker leher rahim.
Jika si pemakai tidak memiliki masalah serius, saat memakai pembalut ini hanya terasa hangat. Sebaliknya jika punya penyakit serius seperti keputihan atau kista si pemakai akan merasakan gatal-gatal atau panas sebagai efek bahan-bahan di pembalut tersebut bekerja.
Di Indonesia, produk ini sudah mendapat izin dari departemen kesehatan. Harga jualnya rata-rata Rp 300 ribu per paket namun untuk eceran seharga Rp 15.000 dengan isi 10 pembalut.
Menanggapi maraknya penggunaan pembalut herbal ini, dr Rino Bonti Tri Hadma Shanti SpOG mengaku belum menemukan penelitian ilmiah tentang manfaat dan keamanan pembalut ini sehingga belum dapat menyarankan ataupun melarang penggunaannya. Kalau memang tidak terdapat keluhan saat memakainya dan memang tidak mengandung zat kimia yang berbahaya, mungkin sebagaimana jamu-jamuan yang terdapat di pasaran boleh-boleh saja dicoba.
"Pasien-pasien saya juga ada yang menggunakannya, ada juga yang bilang gatal-gatal, saya menyarankan kalau kurang cocok dihentikan dulu karena kita tidak bisa melarang," kata dokter yang berpraktik di Sam Marie Healthcare, RS Hermina Jatinegara dan RS Bunda Jakarta.
Menurutnya, munculnya pembalut herbal bisa jadi sebagai respons karena beberapa pembalut wanita saat ini menggunakan bahan daur ulang yang justru memicu iritasi dan menimbulkan alergi.
dokter lulusan Fakultas Kedokteran UI ini mengungkapkan, idealnya pembalut berasal dari bahan katun karena tidak memicu iritasi. Namun diakui, kemampuan daya beli masyarakat yang rendah membuat pembalut katun kurang mampu dijangkau. Satu pak pembalut berbahan katun rata-rata seharga Rp 50 ribu dengan isi 10 pembalut.
dr Rino Bonti menjelaskan suatu pembalut dikatakan aman jika si pemakai tidak merasa ada keluhan iritasi atau alergi.
Yang tak kalah penting menurutnya adalah jika sedang haid sebaiknya perempuan mengganti pembalut 3-4 jam sekali agar tidak terlalu banyak darah yang menumpuk yang berisiko memunculkan bakteri.(ir/ver)
Sumber:detik.com
Salah satu pembalut herbal yang gencar dipasarkan melalui pola MLM bermerek Hibis. Para pemasarnya pun membidik pasar khusus ibu-ibu lewat arisan atau acara di sekolah anak-anak.
Sebut saja Nyonya Uti yang mengaku tertarik memakai pembalut herbal setelah ditawari saat arisan RT. "Harganya terjangkau dan katanya efeknya cukup bagus buat kesehatan, tidak ada salahnya saya mencoba dulu," kata Nyonya Uti dalam perbincangannya dengan detikHealth, Senin (11/1/2010).
Seperti dilansir dari situs Hibis, disebutkan pembalut herbal ini diproduksi oleh perusahaan China bernama Han Tide Biomedical Corp. Sejak awal perusahaan ini didirikan tahun 1979, pengembangan obat-obatan tradisional China menjadi fokusnya.
Meski sejak tahun 2003 sudah mulai membuat pembalut herbal, baru pada tahun 2007 perusahaan ekspansif menjual pembalut herbal dengan nama 'Hibis'. Hingga saat ini sudah ada 14 negara yang memasarkan Hibis termasuk Indonesia.
Kandungan herbal dengan pengolahan secara bio energi diklaim mampu membuat peredaran darah ketika haid semakin lancar. Masalah nyeri haid juga bisa berkurang dengan pembalut ini.
Hibis (singkatan dari Herb in Beauty is Sparkle) mengandung bahan aloevera (lidah buaya), herba menthae, houttuynia cordata, lavender, yi mu cau, borneo champor.
Dengan bahan alami tersebut, pembalut herbal ini diklaim berkhasiat mengurangi nyeri haid, membersihkan gumpalan darah dan memperlancar peredaran darah saat haid, menghilangkan bau amis saat haid, mencegah kista, mengurangi kuman dan bakteri keputihan, mempercepat pengeluaran darah saat nifas hingga mencegah kanker leher rahim.
Jika si pemakai tidak memiliki masalah serius, saat memakai pembalut ini hanya terasa hangat. Sebaliknya jika punya penyakit serius seperti keputihan atau kista si pemakai akan merasakan gatal-gatal atau panas sebagai efek bahan-bahan di pembalut tersebut bekerja.
Di Indonesia, produk ini sudah mendapat izin dari departemen kesehatan. Harga jualnya rata-rata Rp 300 ribu per paket namun untuk eceran seharga Rp 15.000 dengan isi 10 pembalut.
Menanggapi maraknya penggunaan pembalut herbal ini, dr Rino Bonti Tri Hadma Shanti SpOG mengaku belum menemukan penelitian ilmiah tentang manfaat dan keamanan pembalut ini sehingga belum dapat menyarankan ataupun melarang penggunaannya. Kalau memang tidak terdapat keluhan saat memakainya dan memang tidak mengandung zat kimia yang berbahaya, mungkin sebagaimana jamu-jamuan yang terdapat di pasaran boleh-boleh saja dicoba.
"Pasien-pasien saya juga ada yang menggunakannya, ada juga yang bilang gatal-gatal, saya menyarankan kalau kurang cocok dihentikan dulu karena kita tidak bisa melarang," kata dokter yang berpraktik di Sam Marie Healthcare, RS Hermina Jatinegara dan RS Bunda Jakarta.
Menurutnya, munculnya pembalut herbal bisa jadi sebagai respons karena beberapa pembalut wanita saat ini menggunakan bahan daur ulang yang justru memicu iritasi dan menimbulkan alergi.
dokter lulusan Fakultas Kedokteran UI ini mengungkapkan, idealnya pembalut berasal dari bahan katun karena tidak memicu iritasi. Namun diakui, kemampuan daya beli masyarakat yang rendah membuat pembalut katun kurang mampu dijangkau. Satu pak pembalut berbahan katun rata-rata seharga Rp 50 ribu dengan isi 10 pembalut.
dr Rino Bonti menjelaskan suatu pembalut dikatakan aman jika si pemakai tidak merasa ada keluhan iritasi atau alergi.
Yang tak kalah penting menurutnya adalah jika sedang haid sebaiknya perempuan mengganti pembalut 3-4 jam sekali agar tidak terlalu banyak darah yang menumpuk yang berisiko memunculkan bakteri.(ir/ver)
Sumber:detik.com
0 komentar:
Posting Komentar