Setiap hari orang harus mengeluarkan berbagai zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh melalui keringat atau urine. Tapi terkadang urine yang dikeluarkan menimbulkan bau yang tak sedap. Apa penyebab urine menjadi bau?
Ada banyak kemungkinan yang menjadi penyebab urine menjadi bau seperti masalah pada saluran kemih atau adanya infeksi kandung kemih. Selain itu, bau urine yang mengandung ragi (yeast) dapat menjadi petunjuk dari diagnosis diabetes.
Yang harus diketahui adalah apakah bau tersebut berasal dari air kencing atau vagina. Cara mudah untuk menentukannya adalah dengan buang air kecil di dalam cangkir atau gelas dan tunggu beberapa menit. Jika bau masih tercium, kemungkinan besar berkaitan dengan air seni.
"Kebanyakan bau dari urine hanya bersifat sementara dan tidak mengindikasikan masalah kesehatan. Tapi jika hal tersebut terus berlanjut selama beberapa hari, sebaiknya melakukan pemeriksaan ke dokter untuk mengetahui penyebabnya," ujar Dr Rob Danoff, seperti dikutip dari MSN, Jumat (15/1/2010).
Untuk melakukan diagnosis, pasien harus menjalani beberapa tes untuk mengetahui fungsi dari beberapa organ atau ada tidaknya zat tertentu.
Tes yang dilakukan biasanya untuk memeriksa kandung kemih atau infeksi saluran kemih, penyakit ginjal, dehidrasi, diabetes atau gangguan metabolisme seperti fenilketonuria.
Tanda-tanda untuk memeriksa urine:
1. Jumlah air dalam urine.
Mengetahuinya dengan tes spesifik gravity. Tes ini memberikan petunjuk mengenai jumlah air dalam urine dan status orang tersebut apakah dehidrasi atau tidak.
2. Warna urine.
Warna pada urine dipengaruhi oleh makanan, pewarna makanan, hidrasi, obat-obatan, vitamin dan adanya suatu penyakit seperti penyakit hati atau gangguan perdarahan.
3. Kejernihan.
Ketidakjernihan urine dapat mengindikasikan adanya darah, lendir, kristal dari batu ginjal atau kandung kemih dan bakteri.
4. Protein.
Seharusnya di dalam urine tidak ditemukan adanya urin, jika ditemukan mungkin mengindikasikan adanya gangguan di ginjal atau kehamilan.
5. Keton.
Adanya keton dalam urine ketika lemak diuraikan dalam tubuh sebagai energi. Kehadiran keton ditunjukkan saat sedang puasa, diet tinggi protein, karbohidrat yang rendah serta konsumsi alkohol. Pada kondisi ekstrem, keton dapat berpotensi bahaya yang dikenal sebagai diabetic ketoacidosis (tubuh mendapatkan energi dari lemak karena tidak dapat mengubah glukosa menjadi energi).
6. Nilai pH.
Ini untuk mengetahui apakah urine bersifat asam atau basa.
7. Glukosa.
Adanya glukosa dalam urine bisa diakibatkan oleh tingginya kadar gula seperti diabetes yang tidak terkontrol atau akibat gangguan di ginjal.
8. Nitrit.
Menunjukkan adanya infeksi bakteri di saluran kemih.
9. Leukocyte esterase.
Mengindikasikan adanya sel-sel darah putih dalam urin yang kemungkinan akibat infeksi di saluran kemih.
10. Cek analisis mikroskopis.
Tes ini untuk melihat berbagai tanda seperti merah (mengindikasikan perdarahan, ada penyakit, tumor atau cedera), sel darah putih (gangguan autoimun, peradangan), bakteri, jamur, parasit, kristal (gangguan pada ginjal) dan sel-sel skuamosa (sampel urine kemungkinan sudah terkontaminasi saat dikumpulkan).
Berdasarkan hasil dari pemeriksaan ini, dokter biasanya dapat menentukan apa penyebab dari bau urine yang muncul saat buang air kecil.
Sumber:Detik.com
Ada banyak kemungkinan yang menjadi penyebab urine menjadi bau seperti masalah pada saluran kemih atau adanya infeksi kandung kemih. Selain itu, bau urine yang mengandung ragi (yeast) dapat menjadi petunjuk dari diagnosis diabetes.
Yang harus diketahui adalah apakah bau tersebut berasal dari air kencing atau vagina. Cara mudah untuk menentukannya adalah dengan buang air kecil di dalam cangkir atau gelas dan tunggu beberapa menit. Jika bau masih tercium, kemungkinan besar berkaitan dengan air seni.
"Kebanyakan bau dari urine hanya bersifat sementara dan tidak mengindikasikan masalah kesehatan. Tapi jika hal tersebut terus berlanjut selama beberapa hari, sebaiknya melakukan pemeriksaan ke dokter untuk mengetahui penyebabnya," ujar Dr Rob Danoff, seperti dikutip dari MSN, Jumat (15/1/2010).
Untuk melakukan diagnosis, pasien harus menjalani beberapa tes untuk mengetahui fungsi dari beberapa organ atau ada tidaknya zat tertentu.
Tes yang dilakukan biasanya untuk memeriksa kandung kemih atau infeksi saluran kemih, penyakit ginjal, dehidrasi, diabetes atau gangguan metabolisme seperti fenilketonuria.
Tanda-tanda untuk memeriksa urine:
1. Jumlah air dalam urine.
Mengetahuinya dengan tes spesifik gravity. Tes ini memberikan petunjuk mengenai jumlah air dalam urine dan status orang tersebut apakah dehidrasi atau tidak.
2. Warna urine.
Warna pada urine dipengaruhi oleh makanan, pewarna makanan, hidrasi, obat-obatan, vitamin dan adanya suatu penyakit seperti penyakit hati atau gangguan perdarahan.
3. Kejernihan.
Ketidakjernihan urine dapat mengindikasikan adanya darah, lendir, kristal dari batu ginjal atau kandung kemih dan bakteri.
4. Protein.
Seharusnya di dalam urine tidak ditemukan adanya urin, jika ditemukan mungkin mengindikasikan adanya gangguan di ginjal atau kehamilan.
5. Keton.
Adanya keton dalam urine ketika lemak diuraikan dalam tubuh sebagai energi. Kehadiran keton ditunjukkan saat sedang puasa, diet tinggi protein, karbohidrat yang rendah serta konsumsi alkohol. Pada kondisi ekstrem, keton dapat berpotensi bahaya yang dikenal sebagai diabetic ketoacidosis (tubuh mendapatkan energi dari lemak karena tidak dapat mengubah glukosa menjadi energi).
6. Nilai pH.
Ini untuk mengetahui apakah urine bersifat asam atau basa.
7. Glukosa.
Adanya glukosa dalam urine bisa diakibatkan oleh tingginya kadar gula seperti diabetes yang tidak terkontrol atau akibat gangguan di ginjal.
8. Nitrit.
Menunjukkan adanya infeksi bakteri di saluran kemih.
9. Leukocyte esterase.
Mengindikasikan adanya sel-sel darah putih dalam urin yang kemungkinan akibat infeksi di saluran kemih.
10. Cek analisis mikroskopis.
Tes ini untuk melihat berbagai tanda seperti merah (mengindikasikan perdarahan, ada penyakit, tumor atau cedera), sel darah putih (gangguan autoimun, peradangan), bakteri, jamur, parasit, kristal (gangguan pada ginjal) dan sel-sel skuamosa (sampel urine kemungkinan sudah terkontaminasi saat dikumpulkan).
Berdasarkan hasil dari pemeriksaan ini, dokter biasanya dapat menentukan apa penyebab dari bau urine yang muncul saat buang air kecil.
Sumber:Detik.com
0 komentar:
Posting Komentar