BOCAH KULIT PUTIH BADAN GEMUK 5 Tahun Dipasung | Cerita Sedih Hidup Dalam Pasungan. Malang nian nasib Chaerul Ihsan. Bocah laki-laki berusia lima tahun yang berkulit putih dan bertubuh gemuk itu harus menjalani hari-harinya dalam pasungan di tempat tidurnya.
''Dia terpaksa saya ikat dengan jarik di tempat tidur, karena kalau ikatannya saya lepas, dia akan menyakiti diri sendiri. Tangan kanannya itu sangat hiperaktif. Kalau tidak memukul kepalanya sendiri, kadang menggaruk wajahnya sampai luka. Bahkan daun telinganya pernah terluka sampai hampir putus,'' jelas Ny Desi (28 tahun), ibu dari Chaerul Ihsan,yang tinggal di Desa Tlahab Lor, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jateng.
Bila sedang berada di rumah, Desi akan melepas ikatan pada anaknya. Sebaliknya, setiap berangkat kerja dan meski merasa kasihan, anak itu kembali dipasung lantaran tak adayang mengawasinya di rumah. Suami Desi telah meninggal sekitar 3,5 tahun lalu karena diabet. Setelah ditinggal suami, Desi bekerja serabutan: kadang mengojek, jualan es lilin, atau apa sajayang bisa dikerjakan.
Kerena suaminya sudah meninggal, maka dia harus mencari nafkah sendiri. Desi mengaku, untuk memenuhi kebutuhan anaknya itu, dia bekerja serabutan. Kadang menjadi tukang ojek, kadang berjualan es mambo dengan cara keliling di desanya,
Desi mengisahkan, waktu bayi, anaknya pernah menderita sakit panas, bahkan sampai kejang. "Sempat saya bawa ke Puskesmas, RSUD Purbalingga, RSUD Banyumas, bahkan RSU Sardjito di Yogyakarta,'' jelasnya. Dari hasil pemeriksaan dokter, katanya, ada pembengkakan di bagian kepala anaknya.
Di RSU Sardjito, anaknya itu sempat dioperasi di bagian kepalanya. Setelah itu, anaknya memang sembuh. Namun setelah berumur tiga tahun, tingkat kecerdasan anaknya itu ternyata di bawah rata-rata.
''Meski secara fisik, pertumbuhannya wajar. Namun, tingkat kecerdasannya tidak tumbuh normal. Bahkan sampai sekarang, dia belum bisa berbicara,'' kata Desi.
Tangan kanan Chaerul amat aktif. Kalau tidak memukul kepalanya, kadang mencakar wajah atau bagian tubuh lainnya. ''Saya tidak tahu kenapa. Tapiyang bergerak memukul atau mencakar, pasti tangan kanannya. Sepertinya, dia tidak bisa mengendalikan gerakan tangan kanannya,'' tuturnya.
Desi masih belum bisa membayangkan apa yang harus dia lakukan bila Charul kelak bertambah dewasa. Apakah akan terus dipasung seperti itu atau tidak. ''Mudah-mudahan saja, kelak anak saya tidak menyakiti diri sendiri lagi sehingga tidak perlu dipasung,'' kata Desi.
http://www.republika.co.id
''Dia terpaksa saya ikat dengan jarik di tempat tidur, karena kalau ikatannya saya lepas, dia akan menyakiti diri sendiri. Tangan kanannya itu sangat hiperaktif. Kalau tidak memukul kepalanya sendiri, kadang menggaruk wajahnya sampai luka. Bahkan daun telinganya pernah terluka sampai hampir putus,'' jelas Ny Desi (28 tahun), ibu dari Chaerul Ihsan,yang tinggal di Desa Tlahab Lor, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Jateng.
Bila sedang berada di rumah, Desi akan melepas ikatan pada anaknya. Sebaliknya, setiap berangkat kerja dan meski merasa kasihan, anak itu kembali dipasung lantaran tak adayang mengawasinya di rumah. Suami Desi telah meninggal sekitar 3,5 tahun lalu karena diabet. Setelah ditinggal suami, Desi bekerja serabutan: kadang mengojek, jualan es lilin, atau apa sajayang bisa dikerjakan.
Kerena suaminya sudah meninggal, maka dia harus mencari nafkah sendiri. Desi mengaku, untuk memenuhi kebutuhan anaknya itu, dia bekerja serabutan. Kadang menjadi tukang ojek, kadang berjualan es mambo dengan cara keliling di desanya,
Desi mengisahkan, waktu bayi, anaknya pernah menderita sakit panas, bahkan sampai kejang. "Sempat saya bawa ke Puskesmas, RSUD Purbalingga, RSUD Banyumas, bahkan RSU Sardjito di Yogyakarta,'' jelasnya. Dari hasil pemeriksaan dokter, katanya, ada pembengkakan di bagian kepala anaknya.
Di RSU Sardjito, anaknya itu sempat dioperasi di bagian kepalanya. Setelah itu, anaknya memang sembuh. Namun setelah berumur tiga tahun, tingkat kecerdasan anaknya itu ternyata di bawah rata-rata.
''Meski secara fisik, pertumbuhannya wajar. Namun, tingkat kecerdasannya tidak tumbuh normal. Bahkan sampai sekarang, dia belum bisa berbicara,'' kata Desi.
Tangan kanan Chaerul amat aktif. Kalau tidak memukul kepalanya, kadang mencakar wajah atau bagian tubuh lainnya. ''Saya tidak tahu kenapa. Tapiyang bergerak memukul atau mencakar, pasti tangan kanannya. Sepertinya, dia tidak bisa mengendalikan gerakan tangan kanannya,'' tuturnya.
Desi masih belum bisa membayangkan apa yang harus dia lakukan bila Charul kelak bertambah dewasa. Apakah akan terus dipasung seperti itu atau tidak. ''Mudah-mudahan saja, kelak anak saya tidak menyakiti diri sendiri lagi sehingga tidak perlu dipasung,'' kata Desi.
http://www.republika.co.id
0 komentar:
Posting Komentar