Sabtu, 17 Juli 2010

Warga Tibet Terancam Punah

Warga Tibet Terancam Punah

LHASA - Warga yang berdiam di dataran tinggi pegunungan Tibet mulai merasa khawatir bahwa gaya hidup kuno yang telah mereka jalani, pelan-pelan akan lenyap.



Cina membawa angin pembangunan ke Tibet dan berusaha menjadikannya sebagai kota modern. Namun, sebagian warga Tibet khawatir nilai-nilai tradisional dan ciri khas daerah mereka akan terkikis.

Satu hal yang menunjukkan perubahan di Tibet adalah keberadaan pabrik air botol Mineral 5.100 yang terletak di luar ibukota, Lhasa. Nama pabrik ini diambilkan dari ketinggian gunung es yang sumber airnya mengalir ke pabrik, 5.000 meter di atas permukaan laut.

Botol-botol air ini dijual di kota-kota Cina. Adapun pabrik air botol tersebut menyediakan lapangan kerja dan pendapatan bagi Tibet yang miskin.

Sebanyak 150 warga Tibet bekerja di pabrik dan salah satunya adalah Pubu Zhaxi. Dia mengatakan, pekerjaan di pabrik tersebut tidak berat dan digaji 5.000 renminbi atau sekitar Rp 7 juta per bulan yang merupakan gaji besar di Tibet. Tetapi kenyataannya tidak semudah itu.

Pabrik air mineral ternyata dimiliki oleh pabrik yang terdaftar di Hong Kong, jadi keuntungan pabrik dan air mineral produknya mengalir ke luar Tibet.

Meskipun pimpinan pabrik menegaskan bahwa penggunaan air dari aliran gunung es tidak berdampak negatif bagi lingkungan, air tersebut mestinya mengalir ke lahan basah, tempat yak (sejenis sapi) memakan rumput.

Perubahan juga bisa terjadi di Lhasa. Istana Potala yang menjulang tinggi di atas kota, sebelumnya adalah kediaman Dalai Lama sebelum dia mengasingkan diri. Selama berabad-abad istana ini merupakan simbol cara Tibet menolak pengaruh asing.

Tetapi kini, halaman istana dipenuhi turis dari Cina. Mereka berfoto sambil mengenakan topi ala Tibet. Cina memang berencana membangunan pariwisata Tibet.

Direktur Istana Potala, Qiangba Gesang, mengatakan, jumlah wisatawan yang berkunjung ke istana tercatat 370.000 orang empat tahun lalu tetapi kini jumlahnya mencapai 600.000 orang.

Hal ini, kata Gesang, menandakan bahwa ekonomi Cina berkembang dan menjadikan warga Tibet lebih kaya juga. Tetapi dia tidak yakin apakah kenaikan jumlah kunjungan wisatawan berdampak buruk bagi tatanan kehidupan tradisional di Tibet.(BBC)
Editor : Juang_Naibaho
Sumber-http://www.tribunnews.com/2010/07/17/gaya-hidup-kuno-warga-tibet-terancam-punah

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktops